Sunday, January 6, 2013

Tokoh Rohani Kristen

TOKOH-TOKOH ROHANI KRISTEN 1. Adoniram Judson Adoniram Judson lahir di Massachusetts, Amerika pada tahun 1788. Ayahnya seorang pendeta, dan ibunya adalah seorang yang saleh dan terus menerus berdoa baginya. Melalui pengalaman seorang temannya, yang belum percaya, yang kemudian meninggal, Tuhan berbicara kepadanya. Adoniram sadar bahwa dirinya pun sebenarnya bukan orang percaya, dan dia tidak mau meninggal dalam keadaan seperti temannya itu. Adoniram Judson kemudian bertobat, menerima Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat. Ketika itu usianya 20 tahun, dan ia memasuki sekolah teologi Andover. Adoniram pun meninggalkan mimpinya untuk menjadi orang terkenal dan sukses, dan memutuskan untuk hidup menyenangkan hati Kristus. Menjadi seorang misionaris kemudian menjadi kerinduannya. Pada 19 Februari 1812, bersama dengan istrinya, Ann Haseltine Judson, Adoniram Judson berlayar menuju India untuk menjadi misionaris. Namun dia ditolak disana, tetapi Tuhan membukakan pintu baginya di Rangoon, Burma. Kesulitan-kesulitan dialami mereka. Mereka kehilangan anak karena kolera dan sempat dipenjarakan selama 11 bulan karena dituduh sebagai mata-mata. Namun kesulitan-kesuliatan itu tidak membuat adoniram dan istrinya mundur. Dalam kesulitan yang besar, iman mereka pun menjadi semakin besar kepada Tuhan. Setelah enam tahun melayani, satu orang Burma bertobat. Dan Tuhan terus memberkati pelayanan mereka. Hingga akhir hidup Adoniram ada 210.000 orang Burma yang bertobat. Dan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Burma. Itulah buah pelayanannya di Burma. Adoniram melayani di Burma selama 38 tahun hingga dia mati pada tahun 1850 pada umur 62 tahun. 2. Gabriel Marcel Gabriel Marcel lahir di Paris, Perancis, pada 7 Desember 1889. Ia adalah anak tunggal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama. Masa kecilnya penuh dengan kesepian. Tahun 1906 Gabriel menyelesaikan pendidikan menengahnya di Lyces Carnot. Pendidikan tingginya dilanjutkan di Universitas Sorbone, Paris. Ia mengambil jurusan filsafat. Setelah lulus, Gabriel mendapatkan hak dan ijin mengajar filsafat di suatu sekolah menengah. Gabriel terus belajar dari para ahli filsafat lainnya serta mengajar filsafat di beberapa tempat dan negara. Keberhasilan demi keberhasilan diraihnya dalam usia yang sangat muda, tetapi Gabriel merasakan hidupnya kosong dan tidak ada pegangan hidup yang kuat. Suatu ketika ia mengulas suatu buku berjudul ‘Tuhan dan Mamon’ yang ditulis oleh Francis Muraic. Kemudian hari Francis menjadi sahabat dekatnya dan membantu Gabriel menemukan tujuan hidupnya di dalam Kristus. Setelah Gabriel bertobat, pemikiran-pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh firman Tuhan dan semakin berkembang. Ia merenungkan tentang tujuan, nilai, dan harga diri manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Gabriel pernah mengatakan hal ini, “Mustahil seseorang bisa menikmati kebenaran Allah jika ia tidak berada di dalam Allah: percaya dan menerima Allah di dalam kehidupannya.” Karya-karya pemikiran Gabriel banyak menggunakan bahasa dan makna kekristenan, seperti: kasih, persekutuan, harapan, dan kesetiaan. Ia sangat tertarik menyelidiki kehidupan manusia dengan masalah-masalahnya. Pemikiran-pemikiran Gabriel membantu banyak orang untuk menemukan makna dan tujuan hidup di dalam Kristus. Ia membantu orang-orang Kristen untuk mengenal dan melakukan pelayanan Tuhan yang sesuai dengan keinginan hati Tuhan. Secara keseluruhan, Gabriel hendak mengungkapkan betapa pentingnya arti kehadiran sesama manusia dana rti kehadiran Allah di dalam hidup manusia. Beberapa karya besar yang ditulis Gabriel antara lain: Buku Harian Metafisika, Martabat Manusia, dan Damai di Bumi. Ia juga menulis drama dan sandiwara radio, seperti: Pesuruh, Tanda Salib, dan Tombak. Dari hasil karya-karyanya itu, Gabriel mendapat banyak penghargaan, seperti: Hadiah Goethe Jerman, Hadiah Sastra Perancis, hadiah perdamaian Jerman. Di akhir hidupnya, Gabriel pernah berkata, “Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pemberi hidup juga menjadi motif kuat yang melindungi saya dari bunuh diri dan keputusasaan, bahkan mempersiapkan saya untuk rela menjadi martir.” Gabriel Marcel meninggal pada 3 Oktober 1973. 3. John Milton John Milton John Milton lahir pada tanggal 9 Desember 1608 di London, inggris. Keluarganya cukup berada. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, ia masuk ke Universitas Cambridge. John adalah seorang yang cerdas, selalu serius menekuni tiap hal yang dihadapinya. Ia adalah seorang Kristen yang taat. John sangat menyukai karya-karya dari para sastrawan besar Italia dan Perancis. Ia menguasai beberapa bahasa, seperti: Latin, Italia, Perancis, dan Yunani Kuno. Kesukaannya dalam membaca memotivasi John untuk beberapa karangan sajak yang didasari oleh iman Kristen. Di luar dugaan, karya-karya pertamanya itu sangat disukai oleh banyak orang, dan namanya diperhitungkan sebagai calon sastrawan besar Inggris. Salah satu karyanya yang terkenal ditulis tahun 1644, yaitu “Aeropagitica” dan mendapat banyak perhatian terutama dari para politisi. Tahun 1651 John kembali menghasilkan karya tulis lainnya yang berjudul “Popula Anglocano”. Tidak lama kemudian amatanya menjadi buta total. Saat usianya 43 tahun. Sebagai seorang penulis, kebutaannya menjadi suatu hambatan yang sangat mungkin menjadi alasan baginya untuk putus asa. Tetapi, John menganggap kebutaannya sebagai bagian dari pelajaran yang diterimanya dari Tuhan. Ia tetap dan terus menghasilkan karya-karya yang luar biasa dengan dibantu oleh puteri-puterinya, salah satunya adalah buku yang berjudul “Paradise Lost” sebanyak 12 jilid. Buku itu menceritakan tentang penciptaan dan keajaiban alam semesta, serta kejatuhan manusia ke dalam dosa. Karya besarnya itu dilanjutkan dengan karyanya yang lain, berjudul “Paradise Regained” sebanyak empat jilid yang ditulisnya pada tahun 1671. Di tahun yang sama ia juga menulis buku lain. berjudul “Samson Agonste”. Orang-orang sangat menyukai buku-buku yang ditulis oleh John, karena di dalam bukunya ia tidak hanya membicarakan satu topik. Ia banyak berbicara tentang politik, agama, perang saudara, negara, pemulihan dan perjuangan manusia melawan dosa. Karya-karyanya tersebut juga ditulis dalam bahasa Latin dan Italia. John mengakui bahwa Alkitab merupakan inspirasi utama bagi dirinya dalam menghasilkan karya-karya yang sangat bermutu dan telah mengangkatnya mengatasi kebutaannya. John pernah berkata kepada sahabatnya, “Dengan cara demikian, Allah memperlengkapi aku secukupnya, bahkan lebih dari cukup, pada akal dan budi dan hati nuraniku daripada mata.” Didalam kebutaannya ia senantiasa bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan. Pada tanggal 8 November 1674, John Milton meninggal dunia dengan meninggalkan sejumlah karya yang luar biasa. 4. William Carey William Carey dilahirkan pada tahun 1761 di dekat Northampton, Inggris. Keluarganya memeluk kekristenan secara formal tanpa ada sentuhan spiritualitas termasuk hubungan pribadi dengan Tuhan. Pada usia 14 tahun dia meninggalkan rumah dan magang pada seorang tukang sepatu sehingga setelah menyerahkan diri kepada panggilan Tuhan, dia dikenal sebagai Carey si tukang sepatu. Dia mendengar Injil untuk pertama kalinya di sebuah desa kecil Hackleton. Tetapi baru setahun kemudian, dia menyerahkan hidupnya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Carey bergabung dengan gerakan Particular atau Calvinistic Baptists. Di dalam gerakan ini ada pertikaian teologis mengenai pemberitaan Injil kepada bangsa bukan pilihan. Mereka yang menolak pemberitaan Injil mengatakan bahwa gereja tidak mempunyai hak untuk memberitakan Injil karena Tuhan Yesus hanya mati bagi umat pilihan. Karena itu penginjilan dan misi itu mencurigakan. Tetapi Carey tidak menyetujui pandangan ini. Dasar dari ketidaksetujuannya adalah sebuah karya Hall yang berjudul “Helps to Zion’s Travellers.” Hall menyatakan bahwa Allah itu berdaulat dalam keselamatan, Gereja wajib memberitakan keselamatan itu, dan manusia yang berdosa wajib meresponinya. Dia menjadi marah terhadap ketidakacuhan kekristenan terhadap mereka yang terhilang di seluruh dunia. Saat itu, pada tahun 1790, ada sekitar 174 juta dari 734 juta (sekitar 24%) dari penduduk dunia mengaku diri sebagai Kristen. Tetapi gereja Kristen hanya melakukan sedikit usaha untuk menjangkau 76% yang belum percaya. Sepanjang tahun 1780-an, kerinduannya akan misi global ditumbuhkan oleh program doa dalam persekutuan pendeta. Dia juga dipengaruhi oleh ajakan Jonathan Edwards yang mengajak agar seluruh Gereja di dunia secara rutin berdoa bagi penggenapan Amanat Agungn. Sementara berdoa, Carey mengambil langkah praktis. Ia memenuhi dinding rumahnya dengan peta dan statistic. Ia mengumpulkan bahan-bahan bagi sebuah buklet yang berisi desakan bagi gereja untuk berlutut mendoakan hal ini dan mengirim para misionaris ke wilayah-wilayah terpencil. Buklet ini akhirnya menjadi katalisator bagi misi yang melampaui mimpi Carey. Pada tahun 1793, Carey berangkat bersama istrinya, Dorothy ke India. Tahun pertamanya di India sangatlah sulit. Mereka kehabisan dana dan pemerintahan Inggris di India menentang kegiatan misi. Kondisi istrinya makin memburuk dan akhirnya mengalami kegilaan total. Tahun 1798, dia menyelesaikan sebagian penerjemahan Alkitab dalam bahasa Bengali. Penerjemahan ini akhirnya selesai tahun 1809. Sampai tahun 1824, Carey telah menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab ke dalam 37 bahasa lainnya. Dia juga mendirikan penerbitan dan sekolah untuk para tunaaksara. Dia berusaha mempengaruhi masyarakat agar tidak lagi mengurbankan bayi dan berjuang untuk mendirikan rumah sakit bagi penderita lepra. Carey terus berusaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan di India. Beberapa fase pelayanan dan kehidupannya sangatlah sulit sehingga ia pernah merasa telah kehilangan hal-hal berharga dalam hidupnya dan berputus asa dengan orang-orang yang dianggapnya akan mendukungnya. Namun, hasil dari perjuangan dan pelayanannya tidak pernah lenyap di tengah jalan. Selain berbagai terjemahan Alkitabnya, Carey merupakan tokoh yang menghasilkan tujuh prinsip yang menjadi dasar bagi gerakan misi Protestan. Ketujuh prinsip tersebut adalah: • Misi yang efektif didasarkan pada teologi yang alkitabiah sehingga menghasilkan doa sekaligus tindakan. • Misi yang efektif dijalankan melalui perantaraan lembaga pendukung gereja yang memiliki komitmen terhadap Firman Allah. • Misi yang efektif berpusatkan pada penerjemahan dan penyebaran Firman Allah. • Misi yang efektif didukung oleh suatu kesatuan di antara orang-orang percaya. • Misi yang efektif bergantung pada gereja-gereja lokal dan para pemimpin pribumi yang telah dimuridkan. • Misi yang efektif menunjukkan suatu kepekaan budaya yang sejalan dengan Firman Allah. • Misi yang efektif bersumber dari cara hidup yang berpola Firman Allah. Marliana Erly Faradike Abineno XI UPW - 28

No comments:

Post a Comment